Senin, 11 Mei 2015

manajemen dan administrasi



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam sebuah organisasi tentu memerlukan pengaturan administrasi dan manajemen yang baik dan rapi agar tujuan suatu organisasi tercapai. Agar semua itu tercapai diperlukan sebuah rencana terlebih dahulu karena pabila rencana tidak ditetapkan terlebih dahulu akan timbul penyimpangan yang berakibat pada kerugian.
Kemudian tahap yang kedua adalah pengorganisasian yaitu berupa pengawasan-pengawasan dan penugasan dari pembagian-pembagian kerja. Tahap berikutnya adalah according (koordinasi). Koordinsi sangat diprlukan dalam sebuah organisasi yang bertujuan untuk mencapai keharmonisan, keserasian, keselarasan dan keseimbangan dalam bekerjasama.
Tahap terakhir adalah pengawasan yaitu suatu kegiatan pokok dari manajemen agar segala pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan.
                                                                                  
B.     Rumusan Masalah
Pengertian dari koordinasi serta pengawasan beserta hal-hal yang menyertainya.
C.    Tujuan
Memahami penjelasan tentang dari koordinasi serta pengawasan.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGGERAKAN
Penggerakan  merupakan  terjemahan  dari  kata  bahasa  Inggris   actuating. Dalam  Webster’s  New  Collegiate  Dictionary  diberikan  penjelasan  to  in  put  to  into  action, to  incite  to  action  yang  berarti  menggerakkan, mendorong  untuk  bergerak.
Berdasarkan  pendapat  G.R.  Terry  dalam  buku  Principle  Management, penggerakan  ialah  membangkitkan  dan  mendorong  semua  anggota  kelompok  agar  supaya  berkehendak  dan  berusaha  dengan  keras  untuk  mencapai  tujuan  dengan  ikhlas  serta  serasi  dengan  perencanaan  dan  usaha – usaha  penorganisasian  dari  pihak  pimpinan.
Menurut  Sondang  P. Siagian, penggerakan  dapat  didefinisikan  sebagai  keseluruhan  usaha, cara, teknik  dan  metode  untuk  mendorong  para  anggota  organisasi  agar  mau  dan  ikhlas  bekerja  dengan  sebaik  mungkin  demi  tercapainya  tujuan  organisasi  dengan  efesien, efektif  dan  ekonomis.
Cara  dan  teknik  mendorong  para  anggota  untuk  berbuat  semaksimal  mungkin  demi  kepentingan  organisasi  adalah  hal  yang  sulit. Kesulitan  tersebut  disebabkan  oleh  paling  sedikit  lima  faktor, yaitu :
-          Walaupun  telah  banyak  ilmu  pengetahuan  mempelajari  tentang  manusia  ia  merupakan  makhluk  misteri  sehingga  masih  banyak  yang  belum  terungkap  dengan  jelas  tentang  manusia.
-          Manusia  mempunyai  harkat  dan  martabat  yang  dihargai  dan  dijunjung  tinggi  dengan  dibarengi  oleh  penunaian  kewajiban.
-          Sumber  daya  yang  ada  dalam  organisasi  hanya  akan  bernilai  bila  dimobilisasi  dan  dimanfaatkan  manusia  secara  tepat.
-          Sumber  daya  manusia  merupakan  modal  terpenting  dan  merupakan  unsure  pembangunan  organisasi  yang  sangat  tangguh  apabila  digerakkan  secara  tepat.
-          Samber  daya  manusia  mungkin  menjadi  perusak  dalam  organisasi  apabila  tidak  diperlakukan  sebagai  insane  dengan  harga  diri  yang  tinggi.
Pendapat  ahli  tentang  penggerakan
-          Luther  Gullick,  Ia  menggunakan  istilah “directing”, yang  mempunyai  makna  pemberi  petunjuk  dan  penetuan  arah  yang harus  ditempuh  oleh  para  pelaksana  kegiatan  operasional. Para  bawahan  telah  berada  dalam  kematangan  sehingga  dapat  dibimbing, dituntun  dan  diarahkan.
-          G. R.  Terry.  Ia   menggunakan  istilah  “actuating” manajer  berusaha  meyakinkan  bawahannya  agar  bersedia  melaksanakan  kegiatan-kegiatan  dalam  organisasi. Keputusan  tentang  kegiatan  itu  dimintakan  pertanggungannya  kepada  bawahan.
-          Henry Fayol. Ia menggunakan istilah “Commanding” untuk penggerakan. Cara terbaik untuk menggerakkan anggota organisasi adalah dengan cara pemberian komando dan tanggung jawab utama para bawahan terletak pada pelaksanaan perintah yang telah diberikan itu. Pemberian komando tidak selalu dengan otoriter.
Untuk  berhasilnya  penggerakan  tergantung  kepada  faktor-faktor  di  bawah  ini :
-          Kepemimpinan  yakni  kemampuan  seorang  menejer  untuk  menggerakan  orang  lain  agar  supaya  berusaha  dengan  ikhlas  untuk  mencapai  tujuan.
-          Sikap  dan  moril adalah  cara  memandang  hidup, suatu  cara  berpikir, bererasaan  dan  bertindak. Moral  adalah  kondisi  mental  yang  memungkinkan  orang-orang  yang  memegang  teguh  kebenaran  dan  kegairahan.
-          Tata  hubungan. Kokunikasi  adalah  menyampaikan  pesan / isi  kepada  bawahan  dalam  rangka  menggerakan  pegawai  untuk  melaksanakan  pekerjaan.
-          Perangsang. Insenteif  adalah  sesuatau  yang  menyebabkan  atau  menimbulkan  seseorang  bertindak.
-          Supervisi. Supervisi  penting  agar  pegawai  senang  bekerja.
-          Disiplin. Disiplin  adalah  latihan  pikiran, perasaan, kehendak  dan  watak, latihan  pengembangan  dan  pengendalian  perasaan, pikiran  dan  kehendak, dan  watak untuk  melahirkan  ketaatan  dan  tingkah  laku  yang  teratur.

Koordinasi (Coordination)

Koordinasi adalah Proses mempersatukan atau mensinkronkan semua usaha manajemen. Koordinasi adalah proses mengintegrasi sasaran-sasaran dan aktifitas dari unit kerja yang terpisah (departemen, area, fungsional) agar dapat merealisasikan sasaran organisasi secara efektif. Tanpa koordinasi orang-orang dan departemen tidak akan melihat peran mereka dalam organisasi dan cenderung mengejar kepentingan khusus mereka, sering merugikan organisasi.
Menurut Paul R. Lawrence dan Jang W. Lorsch “ differentiation dapat merumitkan tugas-tugas secara efektif mengkoordinasi aktivitas-aktivitas pekerjaan”. Differentiation atau diferensiasi adalah prinsip bahwa perbedaan-perbedaan dalam gaya bekerja, termasuk perbedaan dalam orientasi dan struktur, dapat merumitkan koordinasi dan aktivitas-aktivitas suatu organisasi.[1]
Komunikasi adalah kunci dari koordinasi yang efektif. Koordinasi secara langsung bergantung pada perolehan, transmisi dan pemrosesan informasi. Semakin besar ketidak pastian tugas yang dikoordinasi, semakin besar pula keperluan adanya informasi.[2]
koordinasi merupakan salah satu aspek dari bimbingan. Dengan demikian koordinasi bertujuan mencapai dan menjamin keharmonisan, keserasian, keselarasan, dan keseimbangan didalam rangka kerjasama. Koordinasi bersifat vertikal dan horizontal. Koordinasi bersifat horizontal artinya sejajar dan setaraf. Koordinasi bersifat vertikal adalah keterpaduan (integrasi) apakah ia berfungsi sebagai administrator, organisator, atau manajer.
Koordinasi diperlukan dalam setiap organisasi karena setiap organisasi pasti terdapat deartemen-departemen yang bertujuan untuk menyusun satuan-satuan organisasi untuk melaksanakan tugas dalam pembagian kerja, masing-masing mempunyai tugas-tugas dan tanggung jawab tersendiri.
Orang yang mengkoordinir disebut koordinator, ia dituntut untuk mengkoordinir peningkatan usaha kerjasama. Seorang koordinator dituntut untuk memiliki persyaratan berupa kemahiran manajemen dan kualitas kepemimpinan[3]. Koordinator harus memiliki disiplin yang kuat. Ia mampu melakukan disiplin diri sendiri dalam melakukan tindakan dan kegiatan. Koordinator harus mampu melakukan komunikasi secara efektif, artinya harus mampu memilih dan mempergunakan ungkapan-ingkapan yang tepat dan sesuai untuk menyatakan maksudnya.
Ketepatan artinya mempunyai kemampuan untuk membedakan makna kata-kata secara tepat sesuai gagasan. Kesesuaian artinya mempunyai kemampuan untuk memilih kata-kata yang tidak akan merusak situasi atau menimbulkan ketegangan antara pimpinan dan pengikutnya. 
Adapun hal yang mempengaruhi keefektifan koordinasi yaitu :
-          Jenis struktur organisasi yang dipergunakan
-          Tingkat pengetahuan personal tentang sasaran-sasaran, prosedur dan kebijaksanaan-kebijaksanaan organisasi yang bersangkutan
-          Kaliber dari pada personal yang melakukan supervisi
-          Hingga tingkat tertentu hal tersebut tergantung pula pada usia kesatuan organisasi yang beroperasi, bersama-sama dengan tradisi serta kebiasaannya.
Pedoman Koordinasi :
-          Koordinasi harus terpusat
Artinya ada unsur pengendalian guna menghindari tiap bagian bergerak sendiri-sendiri yang merupakan kodrat yang telah ada dalam setiap bagian, karena organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang punya kebutuhan dan keinginan berbeda
-          Koordinasi harus terpadu
Keterpaduan pekerjaan menunjukkan keadaan yang saling mengisi dan memberi.
-          Koordinasi harus berkesinambungan
Yaitu rangkaian kegiatan yang saling menyambung, selalu terjadi, selalu diusahakan dan selalu ditegaskan adanya keterkaitan dengan kegiatan sebelumnya
-          Koordinasi harus menggunakan pendekatan multi instansional
Yaitu dengan wujud saling memberikan informasi yang relevan untuk menghindarkan saling tumpang tindih tugas yang satu dengan tugas yang lain.
Ciri-ciri koordinasi
-          Tanggung jawab kelancaran koordinasi terletak pada pimpinan
-          Koordinasi sebagai upaya  kerjasama diproses secara terus menerus
-          Berlaku sebagai pengaturan upaya kelompok secara teratur
-          Sebagai konsep kesatuan tindakan atau inti dari pada organisasi
-          Sasaran adalah pencapaian tujuan bersama
Manfaat koordinasi :
-          Adanya keselarasan antara rencana dengan tujuan yang akan di capai
-          Ada prosedur dan metode kerja
-          Dimungkinkan terselenggaranya komunikasi timbal balik
-          Ada kesadaran untuk bersama

B.     PENGAWASAN (CONTROLLING)
Pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Dari defenisi ini jelas terlihat hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan pengawasan. tanpa rencana pengawasan tidak mungkin dilaksanakan karena tidak ada pedoman untuk melakukan pengawasan itu. Sebaliknya, rencana tanpa pengawasan akan berarti timbulnya penyimpangan-penyimpangan dan atau penyelewengan yang serius tanpa alat untuk mencegahnya.[4]
Pengawasan adalah kegiatan pokok dari manajemen agar segala pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan sesuai dengan ketentuan ysng telah digariskan. Pengawasan sebagai proses, dimana tindakan, kesalahan, kekeliruan dan penyelewengan dari perencanaan dapat segera diambil tindakan koreksi. Pengawasan pada dasarnya berfungsi memperbaiki segala kekeliruan dan penyelewengan atau penyimpangan dan segera diluruskan ke jalan yang sebenarnya.
Pengawasan harus dilaksanakan secara sistematis dan terus menerus. Pengawasan tidak berarti mencari-cari kesalahan tetapi memperbaiki. Sifat perbaikan ini dapat dalam bentuk pengarahan, bimbingan, petunjuk dan lain-lain. Begitu juga pengawasan bersifat dimensional artinya bukan hanya melihat kebelakang mengawasi apa yang sedang terjadi, tetapi juga perkiraan-perkiraan yang akan terjadi dimasa depan.
Pengawasan terhadap pekerjaan dapat berupa bagan-bagan, formulir-formulir, nota-nota, catatan-catatan, laporan-laporan, kunjungan-kunjungan, apakah semua itu sesuai dengan norma, kaedah, ketentuan, ukuran, atau kriteria sebagai tolak ukur. Dari hasil itu semua dapat diambil suatu penilaian atau evaluasi. [5]                 
Dalam melaksanakan suatu tugas tertentu, selalu terdapat urutan-urutan  pelaksanaan tugas tersebut walaupun tugas itu sederhana. Untuk merealisasi tujuan perusahaan misalnya, pemimpin perusahaan melalui fase-fase pelaksanaan proses pelaksanaan  merencanakan, mengorganisasi, menyusun, mengarahkan, dan mengawasi.[6]
Demikian juga halnya dalam pelaksanakan tugas pengawasan, untuk mempermudah melaksanakan dalam merealisasi tujuan harus pula dilalui beberapa fase atau urutan pelaksanaan.
Proses pengawasan dimanapun juga atau pengawasan yang berobjekkan apapun terdiri dari beberapa fase, sebagai berikut:
1)      menetapkan alat pengukur (standar)
Yaitu dalam bentuk fisik meliputi kuantitas dan kualitas hasil produksi, dan waktu. Sedangkan dalam bentuk uang meliputi standar biaya, penghasilan dan invetasi.
2)      Mengadakan penilaian (evaluate)
Dengan menilai, dimaksudkan membandingkan hasil pekerjaan bawahan dengan pengukur (standar) yang sudah ditentukan.
3)      Mengadakan tindakan perbaikan (corrective action).
Fase terakhir ini hanya dilaksanakan bila pada fase sebelumnya dipastikan telah terjadi penyimpangan. Dengan tindakan perbaikan diartikan tindakan yang diambil untuk menyusuaikan hasil pekerjaan nyata yang menyimpang agar sesuai dengan standar atau rencana yang telah ditentukan sebelumnya. [7]
Adapun bidang-bidang yang memerlukan pengawasan yaitu :
1)      Manajement of personil (pengelolaan personalia)
Yang pertama diawasi adalah struktur organisasi apakah up to date atau tidak, dilaksanakan atau tidak oleh pegawai. Juga terhadap prosedur khususnya untuk mengatur siapa, bagaimana dan kapan seorang harus bertindak. Apakah orang yang menduduki jabatan sesuai dengan keahliannya. Apakah kualifikasi yang diperlukan sesuai dengan kenyataan. Juga tidak ketinggalan penyeleksian, training, dan motivasi kontrol
2)      Product (produk)
Pengawasan terhadap produk yang dihasilkan dimana produk tersebut mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya, tujuannya adalah untuk mengadakan perubahan dalam produksi.
3)      Finance (keuangan), meliputi :
-          Biaya kerja
-          Gedung (tempat), sarana-prasarana
-          Liquid yang didasarkan pada budget (anggaran belanja) dari penerimaan dan pengeluaran dalam satu waktu tertentu dengan tujuan agar dapat diketahui ketersediaan uang kas untuk membiayai kegiatan yang dilaksanakan
4)      Control of over all performance (proses kerja)
Pengawasan ini meliputi usaha keseluruhan dari sebuah oraganisasi, bukan pada tiap-tiap bagian (unit) sebab perlunya diadakan pengawasan ini adalah adanya proses perencanaan yang mengikat setiap aktifitas dalam organisasi kearah tujuan yang telah ditetapkan.
5)      Cuality of manajemen (kualitas pengelolaan)
Pengawasan ini khusus kepada mutu manajemen.

Ada dua macam teknik dalam pengawasan yaitu :
-          Pengawasan langsung (direct control) yaitu apabila pimpinan organisasi mengadakan sendiri pengawasan terhadap kegiatan yang sedang dijalankan.
-          Pengawasan tidak langsung (indirect control) yaitu pengawasan dari jarak jauh. Pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh para bawahan. Laporan dapat berbentuk tertulis dan lisan.[8] Suatu organisasi juga dapat memakai standar perbandingan misalnya dari barang yang dihasilkan dapat digunakan sebagai ukuran untuk perbandingan dalam kualitas, kiantitas, dan lain-lain.




BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penggerakan  merupakan  terjemahan  dari  kata  bahasa  Inggris   actuating. Dalam  Webster’s  New  Collegiate  Dictionary  diberikan  penjelasan  to  in  put  to  into  action, to  incite  to  action  yang  berarti  menggerakkan, mendorong  untuk  bergerak.
Menurut  Sondang  P. Siagian, penggerakan  dapat  didefinisikan  sebagai  keseluruhan  usaha, cara, teknik  dan  metode  untuk  mendorong  para  anggota  organisasi  agar  mau  dan  ikhlas  bekerja  dengan  sebaik  mungkin  demi  tercapainya  tujuan  organisasi  dengan  efesien, efektif  dan  ekonomis.
Koordinasi adalah Proses mempersatukan atau mensinkronkan semua usaha manajemen. Koordinasi adalah proses mengintegrasi sasaran-sasaran dan aktifitas dari unit kerja yang terpisah (departemen, area, fungsional) agar dapat merealisasikan sasaran organisasi secara efektif. Tanpa koordinasi orang-orang dan departemen tidak akan melihat peran mereka dalam organisasi dan cenderung mengejar kepentingan khusus mereka, sering merugikan organisasi.
Koordinasi merupakan hubungan dan kegiatan yang serasi. Diupayakan kerjasama team work yang baik. Team dan kerjasama yang baik akan mencapai sasaran yang baik pula. Karena dalam organisasi bukan kepentingan individual yang dipentingkan melainkan team lebih diutamakan.
Pedoman Koordinasi :
-          Koordinasi harus terpusat
-          Koordinasi harus terpadu
-          Koordinasi harus berkesinambungan
-          Koordinasi harus menggunakan pendekatan multi instansional
Pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Dari defenisi ini jelas terlihat hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan pengawasan. tanpa rencana pengawasan tidak mungkin dilaksanakan karena tidak ada pedoman untuk melakukan pengawasan itu. Sebaliknya, rencana tanpa pengawasan akan berarti timbulnya penyimpangan-penyimpangan dan atau penyelewengan yang serius tanpa alat untuk mencegahnya.
Fase pengawasan sebagai berikut:
-          menetapkan alat pengukur (standar)
-          Mengadakan penilaian (evaluate)
-          Mengadakan tindakan perbaikan (corrective action).
Adapun bidang-bidang yang memerlukan pengawasan yaitu :
-          pengelolaan personalia
-          produk
-          keuangan
-          proses kerja
-          kualitas pengelolaan
Ada dua macam teknik dalam pengawasan yaitu :
-          Pengawasan langsung (direct control)
-          Pengawasan tidak langsung (indirect control)










DAFTAR PUSTAKA

·         Tunggal, Amin Widjaja. Manajemen Suatu Pengantar (edisi revisi). Jakarta : Rineka Cipta. 2002.
·         Widjaya, A. W. Pemantapan peranan kepala biro administrasi umum dalam pelaksanaan PP No. 5 tahun 1980. Suatu Laporan. 1982
·         Fadhli, Ahmad. Organisasi dan Administrasi. Kediri : Manhalun Nasyiin Press. 2002.
·         A.W. Widjaya. Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen. Jakarta : Bina Aksara. 1987.
·         Manullang, M. Dasar-Dasar manajemen. Jakarta : PT. Balai Aksara-Yudistira. 1996.
·         Racmat  M.Z,  A.A. Manajemen Suatu  Pengantar. Bandung : Remadja  Karya. 1980.
·         Mutiara  Gaffar, Abdullah. Dasar-Dasar  Administrasi  Pendidikan. Banjarmasin : Lambung  Mangkurat  University  Press. 1986.





[1] Amin Widjaja Tunggal. Manajemen Suatu Pengantar (edisi revisi). Jakarta : Rineka Cipta. 2002.
[2] Ibid
[3] A. W. Widjaya. Pemantapan peranan kepala biro administrasi umum dalam pelaksanaan PP No. 5 tahun 1980. Suatu Laporan. 1982.
[4] Ahmad Fadhli, H.S. organisasi dan Administrasi. Kediri : Manhalun Nasyiin Press. 2002. Hal. 31.
[5] A.W. Widjaya. Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen. Jakarta : Bina Aksara. 1987. Hal. 30.
[6] Drs.M. Manullang. Dasar-Dasar manajement. Jakarta : PT. Balai Aksara-Yudistira. 1996. hal 136.-37.
[7] Ibid hal. 139-140
[8] Ahmad Fadhli, H.S. organisasi dan Administrasi. 2002. Hal. 32.