Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar
merupakan usaha yang dilakukan untuk memperoleh ilmu pengetahuan atau proses
yang menimbulkan suatu perubahan. Berhasil atau tidaknya proses belajar
dipengaruhi oleh beberapa factor baik itu factor dari dalam (internal)
dan factor dari luar (eksternal). Berikut akan diuraikan mengenai
masing-masing factor tersebut diatas :
A. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor
fisiologis dan faktor psikologis.
1.
Faktor fisiologis
Faktor-faktor
fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan tonus
jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas
belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh
positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang
lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh
karena itu, keadaan tonus jasmani sangat mempengaruhi proses belajar dan perlu ada
usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Kesehatan jasmani dan rohani sangat
besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat
dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang
baik, misalnya mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa karena konflik orang
tua atau karena sebab lainnya, dapat
mengganggu atau mengurangi semangat belajar. Karena itu, pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi
setiap orang fisik maupun mental, agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar
dan bersemangat dalam bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar. Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah:
a)
Menjaga pola makan yang sehat
b)
Rajin berolahraga agar tubuh selalu bugar dan sehat
c)
Istirahat yang cukup dan sehat.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung,
peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar,
terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah
aktivitas belajar dengan baik pula.
2.
Faktor psikologis
Faktor–faktor
psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses
belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar
adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
Pertama, Kecerdasan/intelegensi siswa. Pada umumnya kecerdasan diartikan
sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan
diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan
bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh
lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ
yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ
pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas
manusia.
Kecerdasan
merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa,
karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi intelegensi
seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam
belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit
individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan
belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai
faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka
pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon
guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya.
Raden Cahaya Prabu, pernah mengatakan
dalam mottonya bahwa: “didiklah anak sesuai taraf umurnya. Pendidikan yang berhasil karena
menyelami jiwa anak didiknya”. Yang menarik dari ungkapan ini adalah tentang
umur dan menyelami jiwa anak didik.
Beliau berkeyakinan bahwa perkembangan taraf intelegensi
sangat pesat pada masa umur balita dan mulai menetap pada akhir masa remaja.
Taraf intelegensi tidak mengalami penurunan, yang menurun hanya penerapannya
saja, terutama setelah berumur 65 tahun ke atas bagi mereka yang alat inderanya
mengalami kerusakan. Karena intelegensi diakui ikut menentukan keberhasilan
belajar seseorang.
Kedua, Motivasi. Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan
belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan
belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam
diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku
setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh
kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku
seseorang.
Menurut Neoehi Nasution, Motivasi
adalah kondisi psikologis yang mendororng seseorang untuk melakukan sesuuatu. Jadi, motivasi untuk belajar adalah
kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Motivasi berbeda
dengan minat. Ia adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan suatu
pekerjaan. Yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar. Motivasi yang
berasal dari dalam diri (intrinsik), yaitu dorongan yang datang dari sanu bari
umumnya karena kesadaraan akan penting nya sesuatu. Motivasi yang berasal dari
luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar diri (lingkungan),
misalnya dari orang tua, guru, teman-teman, dan anggota masyarakat. Seseorang
yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya
dengan sungguh-sungguh, penuh gairah, atau semangat.
Dari sudut
sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa
yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca karena
membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya tetapi sudah mejadi
kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang
efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada
motivasi dari luar(ekstrinsik).
Motivasi
ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberikan
pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata
tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungansecara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.
Ketiga, ingatan. Secara teoritis, ada 3
aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni :
a)
Menerima kesan
b)
Menyimpan kesan, dan
c)
Memproduksi kesan.
Mungkin
karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai
kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.
Kecakapan
merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah,
subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya. Dalam konteks
pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya
teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai
dengan alat peraga kesannya akan lebih dalam pada siwa. Di samping itu,
pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga
lebih mengesankan bagi siswa, terutama untuk material pembelajaran berupa
rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik
adalah mengingat nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek)
dan sebagainya.
Hal lain
dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini
tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum
terjadi pada siapapun juga: bahwa segera setelah seseorang selesai melakukan
tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada
awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban,
dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu
yang relatif lama. Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut
kalangan psikolog pendidikan, siswa harus mengulang-ulang hal yang dipelajari
dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam
proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi subjek didik
untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah
dipelajarinya. Hal ini, misalnya, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah
satu submaterial pembelajaran selesai.
Kemampuan
reproduksi, yakni pengaktifan atau proses produksi ulang hal-hal yang telah
dipelajari, tidak kalah menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal
yang telah dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan
tertentu siswa, misalnya kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam
ujian, atau untuk merespon tantangan-tantangan dunia sekitar. Pendidik dapat
mempertajam kemampuan siswa dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas
material pembelajaran yang telah diberikan.
Keempat, Minat. Secara sederhana, minat (interest)
berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang
popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai factor
internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan
kebutuhan.
Namun
lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi,
karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat
atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas,
seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar
tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Menurut
Slameto, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri,
semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin beser minat. Minat dapat
timbul karena daya tarik dari luar dan datang dari hati sanubari.
Minat yang
besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk
mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Timbulnya
minat belajar disebabkan berbagai hal antara lain karena keinginan yang kuat
untuk menaikan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup
senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cendrung menghasilkan prestasi
yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang
rendah.
Dalam
konteks itulah diyakini bahwa minat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak
didik. Tidak banyak yang dapat diharapkan untuk menghasilkan prestasi belajar
yang baik dari seseorang anak yang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu.
Untuk
membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara
lain:
a)
Dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin
dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang
membebaskan siswa mengeksplore apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain
belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif,
maupun performansi guru yang menarik saat mengajar.
b)
Pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini,
alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa
sesuai dengan minatnya.
Kelima, Sikap. Dalam proses belajar, sikap
individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala
internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespons dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003).
Sikap juga
merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri
sesuia dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan
terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh
kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau
mengabaikan kesempatan belajar tersebut.
Sikap
siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang
pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk
mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya
berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap
profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha
memberikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha mengembangkan kepribadian
sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha
untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga
membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan,
meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang dipelajarinya bermanfaat bagi diri
siswa.
Keenam, Bakat. Faktor psikologis lain yang
mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude)
didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan
belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang
dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan
seseorang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar
seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga
kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada
dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi
belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga
diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa
tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat
tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat
yang mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena
belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para
pendidik, orangtua, dan guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang
dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung, ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai
dengan bakatnya.
3.
Konsentrasi Belajar
Konsentrasi
belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan
perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.
Untuk memperkuat perhatian pada
pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam – macam strategi belajar-mengajar,
dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat. Dalam pengajaran
klasikal, menurut Rooijakker, kekuatan perhatian selama tiga puluh menit telah
menurun. Ia menyarankan agar guru memberikan istirahat selingan beberapa menit.
Dengan selingan istirahat tersebut, prestasi belajar siswa meningkat kembali.
4.
Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri
bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul
berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa
unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh
guru dan teman-temannya. Semakin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka
semakin besar pula memperoleh pengakuan dari umum dan selanjutnya rasa percaya
diri semakin kuat. Dan hal yang sebaliknya pun dapat terjadi. Kegagalan yang
berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak
percaya diri sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi takut belajar. Rasa
takut belajar tersebut terjalin secara komplementer dengan rasa takut gagal
lagi. Maka, guru sebaiknya mendorong keberanian siswa secara terus – menerus,
memberikan bermacam – macam penguat dan memberikan pengakuan dan kepercayaan
bagi siswa.
5.
Kebiasaan Belajar
Dalam kegiatan sehari–hari ditemukan adanya kebiasaan
belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain:
- Belajar pada akhir semester
- Belajar tidak teratur
- Menyia - nyiakan kesempatan belajar
- Bersekolah hanya untuk bergengsi
- Dating terlambat bergaya seperti pemimpin
- Bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain,
- Bergaya minta “ belas kasihan “ tanpa belajar.
Kebiasaan–kebiasaan
buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah yang ada di kota besar, kota kecil,
pedesaan dan sekolah – sekolah lain. Untuk sebagian orang, kebiasaan belajar
tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri
sendiri. Hal seperti ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin
membelajarkan diri.
6.
Cita – cita Siswa
Pada
umumnya, setiap anak memiliki suatu cita–cita dalam hidup. Cita–cita itu
merupakan motivasi instrinsik. Tetapi, ada kalanya “gambaran yang jelas”
tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya, siswa hanya berprilaku
ikut–ikutan.
Cita–cita
sebagai motivasi instrinsik perlu dididikan. Penanaman memiliki cita –cita
harus dimulai sejak sekolah dasar. Di sekolah menengah didikan pemilikan dan
pencapaian cita – cita sudah semakin terarah. Cita–cita merupakan wujud
eksplorasi dan emansipasi diri siswa. Penanaman pemilikan dan pencapaian cita
–cita sudah sebaiknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal
yang sederhana ke yang semakin sulit.
B. Faktor-faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen,
faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal
ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang memengaruhi
balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu factor lingkungan social
dan factor lingkungan nonsosial.
1.
Lingkungan social.
Pertama, lingkungan sosial sekolah, seperti
guru , administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar
seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi
siswa untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat
menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa
untuk belajar.
Kedua, lingkungan sosial massyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar
siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga
dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika
memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang
kebetulan belum dimilkinya.
Ketiga, lingkungan sosial keluarga.
Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga,
sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga,
semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara
anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu
siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
Keluarga
adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta family yang menjadi penghuni rumah.
Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam
belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan,
cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua
orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak, tenang atau
tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut mempengaruhi pencapaian hasil
belajar anak.
Disamping
itu, faktor keadaan rumah juga turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Besar
kecilnya rumah tempat tinggal, ada atau tidak perlalatan / media belajar
seperti, papan tulis, gambar, peta, ada atau tidak ada kamar atau meja belajar,
dan sebagainya, semuanya itu juga turut menentukan keberhasilan belajar
seseorang.
2.
Lingkungan non sosial.
Faktor-faktor
yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;
Pertama, lingkungan alamiah, seperti kondisi
udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu
silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang.
Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan factor-faktor yang dapat memengaruhi
aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak
mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
Kedua, faktor instrumental, yaitu perangkat
belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung
sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain
sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah,
bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.
Ketiga, faktor materi pelajaran (yang
diajarkan kepada siswa). Factor ini hendaknya disesuaikan dengan usia
perkembangan siswa begitu juga denganmetode mengajar guru, disesuaikandengan
kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi
yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi
pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan
konsdisi siswa.
Coin Casino - Casinoowed
BalasHapusCoin Casino is an งานออนไลน์ online 인카지노 casino that offers a wide range of casino games. Play casino games for real money deccasino and win real money. The casino is owned by Realtime Gaming